Pemberontakan
PKI pada tahun 1926 itu membangkitkan semangat baru untuk untuk menyusun
kekuatan baru lagi untuk menghadapi pemerintah. Melihat pengalaman yang sudah
berlangsung perlu kiranya diadakan perbaikan organisasi dan sistem kerjanya.
Dan yang paling penting adalah kekosongan kekuatan nasional yang harus segera
didiisi.
Setelah
PKI gagal bergeraklah Sujadi , wakil PI di Indonesia yang segera memberitahu
kepada Moh. Hatta bahwa ia, Iskaq dan Budiarto akan membentuk partai baru
sesuai dengan rencana PI. Sebelum Hatta merealisasikan rencana partai baru yang
akan dikendalikan dari Belanda, di Indonesia muncul gerakan baru menuju
persatuan Nasional. Terhadap partai baru itu Hatta tetap menekankan peranan
pendidikan dan melalui pendidikan ini ia menyiapkan rakyat untuk mendapatkan
kemerdekaan secara pelan-pelan (Sartono Kartodirdjo
1992).
Pertemuan
tanggal 4 juli 1927 diadakan di Bandung oleh kelompok nasionalis
yang mendukung berdirinya Perserikatan Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah untuk
mencapai Indonesia Merdeka, sedangkan asasnya berdiri diatas kaki sendiri,
nonkoperasi dan marhaenisme. Ketiga asas itu kemudian dipakai sebagai prinsip
PNI. PNI berkeyakinan bahwa untuk membangun nasionalisme ada tiga syarat yang
harus ditanamkan kepada rakyat yaitu Jiwa Nasional (nationaale geest),
Niat/Tekad Nasional (nationaale wil), dan Tindakan Nasional (nationaale daad).
Dengan cara ini Partai Nasional Indonesia berusaha dengan kekuatan rakyat
sendiri, memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan budaya bangsa IndonesiaAnggaran
dasar organisasi diambil dari cita-cita PI. Ketuanya dipercayakan kepada
Ir.soekarno dan dalam waktu dekat akan di selenggarakan kongres. Tujuan PNI adalah kemerdekaan Indonesia, dan tujuan itu akan dicapai
dengan asas “percaya pada diri sendiri”. Artinya: memperbaiki keadaan politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang sudah dirusak oleh penjajahan, dengan kekuatan
sendiri. Semua itu akan dicapai melalui berbagai usaha, antara lain:
1).Usaha Politik
Yaitu dengan cara
memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan. Memajukan pengetahuan
sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia dan
menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan politik. Dalam bidamh
politik, PNI berhasil menghimpunorganisas-organisasi pergerakan lainnya ke
dalam suatu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia.
2).Usaha Ekonomi
Yaitu dengan memajukan
perdagangan rakyat, kerajinan atau industri keci, bank-bank, sekolah-sekolah,
dan koperasi.
3).Usaha Sosial
Yaitu dengan memajukan
pengajaran yang bersifat nasional, mengurangi pengangguran, mengangkat derajat
kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan memperbaiki kesejahteraan rakyat (Poesponegoro 2008 ).
2.2 Perkembangan PNIdanBubarnya
PNI
Soekarno
selalu memperingatkan sebaiknya bangsa Indonesia bersatu dalam satu organisasi
rakyat umum yang tidak dapat dipatahkan. Dengan berdirinya PNI diharapkan semua
rakyat bersatu dan dapat menjalankan usaha yang sudah dirancangkan untuk
melenyapkan kekuasaan jajahan dengan cara yang aman, dimana kekuasaan tidak
menghalangi kemajuan rakyat. Oleh karena itu mulanya PNI selalu mengusahakan
supaya bukan hanya terdapat orang-orang yang pandai akan dibidang itu tetapi
banyak orang-orang yang menjadi anggota dari PNI itu sendiri.untuk menjadi
anggota tidak langsung diterima melainkan harus mengikuti syarat-syarat yang
diberikanoleh ketua-ketua daerah. Untuk menjadi anggota biasa pun juga akan
diberi latihan-latihan agar mahir sesuai peranannya di PNI (J. D. Legge 1993).
Pada
kongresnya yang kedua tanggal 18-20 mei 1929 di jakarta PNI memutuskan akan
mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mengajarkan sosialisme, anarkisme, komunisme
dsb. Hal itu dimaksudkan supaya orang dapat menjunjung “nasonalisme” nya
sendiri dengan sadar dan juga dapat memisahkan dari pengaruh aliran-aliran
lain.
PNI
pun mulai berkembang. Pada akhir tahun 1927 tercatat menjadi
3 cabang. Selain di Bandung juga terbentuk cabang di Yogyakarta dan
di Batavia. Pada bulan Desember dibentuk juga sebuah panita di Surabaya
untuk persiapan pembentukan cabang baru di kota tersebut.
Di Surabaya sendiri PNI resmi berdiri pada 5 February
1928 puncak perkembangan PNI selama tiga tahun disertai propaganda yang
bertemakan karakter yang buruk dari penjajahan, konflik penguasa dan yang
dikuasai, front sawo matang melawan front sawo putih, menghilangkan
ketergantungan dan menegakkan kemandirian, dan perlu membentuk “negara dalam
negara”. Dalam rangka kaderisasi organisasi itu para pemuda mendirikan Pemuda
Indonesia dan Organisasi wanita Putri Indonesia. Jakarta, Yogyakarta,
Surakarta, dan Surabaya menjadi cabang organisasi pemuda dan wanita (J. D. Legge 1993).
PNI
berhasil membuktikan keberhasilannya yang dapat dilihat pertama sekali yaitu,
hasil usahanya mendirikan Perkumpulan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI), yang sudah ada pada pertengahan Desember 1927.
Badan ini ialah federasi daripada PNI, PSI, BU, Pasundan, Kaum Betawi,
Sumatranenbond dan studieclub-studiclub. Sehinnga dari federasi ini memberi
kesempatan pada PNI mempropagandakan asas-asasnya sendiri di khalayah ramai.
Federasi ini memberi pengaruh kepada PNI karena banyak kedekatan antara pemimpin-pemimpin
pergerakan seumumnya. Seperti yang kita ketahui bahwa pemimpin-pemimpin PNI iti
ialah orang-orang tamatan sekolah tinggi yang mengorbankan jiwa dan raganya
untuk mengejar cita-cita bangsa.
Selanjutnya
didirikan beberapa perkumpulan pekerja seperti, Persatuan Motoris Indonesia di
Bandung (sopir-sopir), Serikat Anak Kapal Indonesia di Priok (kelasi-kelasi),
Persatuan Djongos Indonesia di Surabaya (jongos-jongos rumah), perkumpulan OJS
Indonesia di Surabaya (pegawai maskapai trem Jawa Timur), dan juga
koperasi-koperasi oleh anggota-anggota PNI.
Ketika
PNI ini didirikan banyak hal yang mempenagaruhi dari mulai cara berpikir dan
pola hidup seperti, keinginan akan kemerdekaan yang bertujuan kepada Indonesia
Merdeka yang dimana-mana mulai menyala-nyala. Kesadaran atas persatua Indonesia
menjadi suatu hal yang memang sudah sewajarnya, yang juga di junjung tinggi
oleh golongan-golongan di daerah manapun. Pan-asiatisma (rasa senasib dengan
bangsa-bangsa di seluru Asia, mulai hidup benar, bahasa melayu yang dijunjung
tinggi oleh PNI (mengikuti jejak Perhimpunan Indonesia) sebagai “bahasa
Indonesia” yang juga diakui oleh golongan-golongan lain . lalu Merah-Putih
(warna dari perhimpunan Indonesia dan PNI) di junjung menjadi warna kebangsaan
Indonesia. Lagu Indonesia Raya yang oleh PNI ditunjuk menjadi lagu kebangsaan (Notosusanto 2008).
Pemerintah
jajahan yang membanggakan, bahwa ia membiarkan segala aksi, asal yang tidak
bersifat komunis, termasuk dari PNI ini sendiri. PNI bukan saja didalam
lingkungan partai itu tetapi juga diluarnya, mempunyai hasil yang amat besar
sekali bagi bangsa Indonesia.
Gerakan
PNI dipimpin oleh tokoh-tokoh berbobot, seperti Ir. Soekarno, Mr. Ali
Sasrtoamijoyo, Mr. Sartono, yang berpengaruh luas di berbagai daerah di
Indonesia. Ir. Soekarno dengan keahliannya berpidato, berhasil menggerakkan
rakyat sesuai dengan tujuan PNI. Pengaruh PNI juga sangat terasa pada
organisasi-organisasi pemuda hingga melahirkan Sumpah Pemuda dan organisasi
wanita yang melahirkan Kongres Perempuan di Yogyakarta pada 22 Desember
1928.Melihat gerakan dan pengaruh PNI yang semakin luas, pemerintah kolonial
menjadi cemas, maka dilontarkanlah bermacam-macam isu untuk menjelekkan PNI.
Bahkan kemudian mengancam PNI agar menhentikan kegiatannya. Rupanya Belanda
belum puas dengan tindakannya itu, maka PNI pun dituduh melakukan
pemberontakan. Pemerintah Belanda melakukan penggeledahan dan penangkapan
terhadap tokoh-tokoh PNI di seluruh wilayah Indonesia pada 24 Desember 1929.
Akhirnya
4 tokoh teras PNI yaitu: Ir. Soekarno, Gatot Mangkoepradja, Markoen
Soemadiredja, dan Soepiadinata diadili di Pengadilan Negeri Bandung dan
dijatuhi hukuman penjara pada 20 Desember 1930. Peristiwa ini merupakan pukulan
besar bagi PNI dan atas inisiatif Mr. Sartono pada Kongres Luar Biasa ke-2 (25
April 1931) PNI dibubarkan. Selama Ir. Soekarno dipenjara, di dalam tubuh PNI
mengalami pertentangan antara kelompok yang tidak setuju PNI dibubarkan yaitu
PNI Merdeka yang kemudian mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia atau
PNI-Baru yang dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Sedangkan kelompok lainnya yang
dipimpin Sartono yang lebih memilih PNI dibubarkan akhirnya mendirikan Partindo
(Partai Indonesia). Setelah keluar dari penjara Ir. Soekarno dihadapkan kepada
dua pilihan organisasi yang sama-sama berat di hatinya. Namun demikian,
akhirnya Ir. Soekarno memilih masuk Partindo
(M. C. Ricklefs 2008).
2.3PendidikanNasional Indonesia Baru
Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI-Baru) ini lahir pada bulan Desember 1931. Organisasi ini
dipimpin oleh orang-orang yang memiliki gaya yang berbeda dengan Soerkarno.Dari
sini muncul tokoh baru yaitu Sultan Syahrir (20 tahun) yang waktu itu masih
menjadi mahasiswa di Amsterdam. Walaupun cita-cita dan haluan kedua partai itu
sama, yaitu kemerdekaan Indonesia dan nonkooperasi, tetapi strategi
perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pentingnya pendidikan kader.
Mohammad Hatta kemudian membuat kesepakatan dengan Soedjadi Moerad, untuk
menerbitkan majalah yang diterbitkan sekali dalam 10 hari guna pendidikan kader
baru. Hatta mengusulkan majalah itu diberi nama “Daulat Rakjat”, yang
mempertahankan asa kerakyatan yang sebenarnya dalam segala susunan politik,
perekonomian dan pergaulan sosial. Kemudian Hatta dan Sjahrir bermufakat agar
Sjahrir pulang ke Indonesia pada bulan Desember 1931 untuk membantu “Golongan
Merdeka” serta membantu “Daulat Rakjat”(Ricklefs 2008).
Pada tanggal 25-27 Desember 1931 (menurut Soebadio Sastroastomo diadakan
pada bulan Februari 1932) sebuah konferensi diadakan di Yogyakarta untuk
merampungkan penyatuan golongan-golongan Merdeka yang mana kelompok tersebut
diberi nama Pendidikan Nasional Indonesia atau yang dikenal sebagai PNI-Baru
dengan Soekemi sebagai ketuanya. Sjahrir terpilih sebagai ketua cabang Jakarta
dan sekretaris cabangnya adalah Djohan Sjahroezah.
Kemudian dalam Kongres
Pendidikan Nasional Indonesia bulan Juni 1932 yang berlangsung di Bandung,
Sjahrir terpilih menjadi Pimpinan Umum Pendidikan Nasional Indonesia
menggantikan Soekemi. Dalam kongres itu dirumuskan bahwa PNI Baru adalah
sebagai suatu partai kader politik yang merupakan partai kader. Keputusan bahwa
PNI Baru adalah sebagai partai kader setelah mengalami diskusi yang cukup
panjang dan rumit yang pada akhirnya argumentasi Sjahrir yang cukup kuat untuk
membawa PNI Baru sebagai partai kader dapat diterima oleh sebagian besar
pengurus. Dan dengan pulangnya Hatta pada awal tahun 193, Pimpinan Umum PNI
Baru diserahkan oleh Sjahrir kepada Hatta.
Dimasukkannya kata “Pendidikan”
ke dalam nama partai mengandung maksud yang serius. Sebagian besar kegiatan
partai ini adalah menyelenggarakan pendidikan politik bagi para anggotanya,
yang sebagian dilakukan melalui halaman-halaman “Daulat Rakjat” dan
tulisan-tulisan lain, termasuk risalah “Kearahan Indonesia Merdeka” (KIM) yang
secara khusus ditulis oleh Hatta sebagai semacam manifesto pergerakan itu (Ricklefs 2008).
Arah sentral pendidikan
diungkapkan ke dalam 150 pertanyaan di dalam KIM yang mencakup banyak aspek
politik, ekonomi, dan sosial. Secar keseluruhan, jawaban-jawaban itu mengandung
suatu doktrin yang jelas walaupun sederhana, bahwa kekuasaan politik
didistribusikan menurut distribusi kekuasaan ekonomi dalam suatu masyarakat,
bahwa kebebasan politik tanpa persamaan di bidang ekonomi sangatlah terbatas
dan bahwa kemerdekaan Indonesia baru merupakan realita jika disertai perubahan
ekonomi, sebagaimana pernyataan (kunci) sebagai berikut, “Mengapa demokrasi
politik saja tidak cukup?”. Jawabannya, “Demokrasi politik saja tidak cukup
karena ia akan dilumpuhakan oleh otokrasi yang masih ada di bidang-bidang
ekonomi dan sosial. Mayoritas rakyat masih menderita dibawah kekuasaan kaum
kapitalis dan majikan”.
Suasana dalam
kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Pendidikan Nasional Indonesia dan
kesungguhan anggota-anggotanya mengingatkan banyak orang kepada “Workers
Education Essocition” (WEA-Perhimpunan Pendidikan Kaum Buruh) yang berusaha
memberikan pendidikan kepada masyarakat Inggris pada akhir abad 19. WEA
mempunyai ikatan-ikatan yang kuat dengan gerakan Fabian dan sebagian
kegiatannya adalah memberikan pendidikan sosialis.
Meskipun anggota PNI
Baru bukan terdiri dari kelas pekerja, karena sebagian besar mereka adalah
berpendidikan menengah, namun mereka menginginkan suatu pendidikan politik yang
berwarna sosialis yang akan membawa mereka melampaui batas-batas gaya agitasi
nasionalisme yang sempit. Dengan cara ini, PNI Baru, dibawah kepemimpinan Hatta
dan Sjharir, mengembangkan suatu pandangan dunia yang khas dan suatu cara yang
unik dalam membahas masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pergerakan
kebangsaan.
Malai tahun 1933, dengan
meningkatnya tekanan politik dari pemerintah Belanda, PNI Baru akan menempuh
taktik-taktik yang membedakannya dengan PNI Lama. Para pemimpin PNI Baru
kemudian mengembangkan pandangan bahwa aksi massa benar-benar sulit, jika bukan
msutahil, dilaksanakan dalam lingkungan seperti itu, dan ketergantungan hanya
kepada seorang pemimpin sajadapat mengakibatkan lumpuhnya suatu partai apabila
sang pemimpin ditangkap. Oleh karena itu, PNI Baru lebih bertujuan menghasilkan
kader-kader pemimpin yang dapat menggantikan para pemimpin yang ditangkap.
Yang pasti PNI Baru
memiliki pandangan yang berbeda dengan PNI Lama ataupun Partindo. PNI Baru
bersikap kritis dengan terhadap watak PNI Lama dan Partindo seperti gaya
agitasi yang ekspresif dan mempertahankan persatuan nasional tanpa syarat. Bagi
Hatta dan Sjahrir, persatuan tidak ada artinya kecuali apabila didasarkan pada
pengertian atas prinsip-prinsip bersama.
PNI Baru, menurut
Benhard Dahm, banyak berhutang kepada tradisi sosial demokrasi Eropa. Ciri
khasnya adalah pengutamaan terhadap teori sosial sebagai suatu peoman aksi,
adanya koherensi pada pandangan dunianya yang merangkul analisis-analisis
tentang kapitalisme, imperialisme dan munculnya fasisme yang saling melengkapi
dan berusaha untuk menempatkan kemalangan Indonesia dalam suatu gambaran
global. Tentu saja harus diakui bahwa sejauh menyangkut analisis-analisis
mengenai imperialisme dan tatanan sosial, PNI Baru tidak memiliki ideologis (Slamet
Muljana 2008).
Kesadaran diri akan
perjuangan melawan kapitalisme, imperialisme dan fasisme melalui kegiatan
intelektual masih mempunyai arti penting pada tahun 1948 ketika anggota-anggota
PNI Baru yang masih hidup, bersama-sama dengan orang yang sependirian dan
generasi yang lebih muda keluar Partai Sosialis untuk mendirikan PSI.
Disini tampak jelas
adanya pengaruh-pengaruh Marxis terhadap PNI Baru, karena organisasi ini merasa
yakin akan perlunya perjuangan melawan kaum borjuis pribumi, sehingga
membuatnya jatuh dari kalangan dagang Islam maupun priyayi pemerintahan. Dengan
demikian, gerakan nasionalis yang tidak bersifat keagamaan terpecah antara
model “aksi massa” dan model “pembentukan kader”. Sesungguhnya, pada tahun
1930-an, kedua model tersebut sama-sama tidak mempunyai peluang untuk berhasil,
juga karena politiknya yang sangat kolot dan keras dari Gubernur Jenderal de
Jonge. Karena kegiatan aktivitas politik PNI Baru yang dinilai mulai
membahayakan bagi pemerintah kolonial Belanda, maka pada tanggal 25 Februari
1934 jajaran teras PNI Baru seperti Hatta, Sjahrir, Bondan, Baurhanuddin,
Murwoto Soeka, Hamdani, Wangsawidjaja, Basri, Atmadipura, Oesman, Setiarata,
Kartawikanta, Tisno, Wagiman, dan Karwani ditangkap. Sekitar bulan Januari
1935, Hatta, Sjahrir dan beberapa pemimpin PNI Baru lainnya diasingkan ke Boven
Digul. Di samping itu, pemimpinnya kemudian di tangkap dan dibuang ke luar Jawa
(Slamet Muljana 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partai
nasional indonesia (PNI) adalah partai poltik tertua di indonesia. Partai ini
didirikan pada tanggal 4 juli 1927 di Bandung dengan nama perserikatan
Indonesia. Baru setelah itu pada tanggal 1928 berganti nama menjadi Partai
Nasional Indonesia. Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi
sosio-politik yang kompleks, yang mau tidak mau organisasi baru itu harus
menyesuaikan dengan situasi baru.PartaiInidiketuaiolehIr.SoekarnoMengalamiPerkembangan
yang sangatpesatHinggaMembuatpihakBelandaKuatirakanhalinikemudianPihakbelandaMembuatPropokasikepada
PNI menuduhbahwa PNI melakukanPemberontakanPemerintah
Belanda melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI di
seluruh wilayah Indonesia pada 24 Desember 1929.Pimpinan PNI soekarnoBesertaTiga Orang Lainnya Di Tangkapdan di
penjarakanSelama 4 Tahun.Peristiwa ini merupakan
pukulan besar bagi PNI dan atas inisiatif Mr. Sartono pada Kongres Luar Biasa
ke-2 (25 April 1931) PNI dibubarkan. Selama Ir. Soekarno dipenjara, di dalam
tubuh PNI mengalami pertentangan antara kelompok yang tidak setuju PNI
dibubarkan yaitu PNI Merdeka yang kemudian mendirikan Pendidikan Nasional
Indonesia atau PNI-Baru yang dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Sedangkan kelompok
lainnya yang dipimpin Sartono yang lebih memilih PNI dibubarkan akhirnya
mendirikan Partindo (Partai Indonesia).
Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI-Baru) ini lahir pada bulan Desember 1931. Organisasi ini
dipimpin oleh orang-orang yang memiliki gaya yang berbeda dengan Soerkarno.Dari
sini muncul tokoh baru yaitu Sultan Syahrir (20 tahun) yang waktu itu masih
menjadi mahasiswa di Amsterdam. Walaupun cita-cita dan haluan kedua partai itu
sama, yaitu kemerdekaan Indonesia dan nonkooperasi, tetapi strategi
perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pentingnya pendidikan
kader.pasti PNI Baru memiliki pandangan yang berbeda dengan PNI Lama ataupun
Partindo. PNI Baru bersikap kritis dengan terhadap watak PNI Lama dan Partindo
seperti gaya agitasi yang ekspresif dan mempertahankan persatuan nasional tanpa
syarat. Bagi Hatta dan Sjahrir, persatuan tidak ada artinya kecuali apabila
didasarkan pada pengertian atas prinsip-prinsip bersama.
PNI Baru, menurut Benhard Dahm, banyak berhutang kepada tradisi sosial
demokrasi Eropa. Ciri khasnya adalah pengutamaan terhadap teori sosial sebagai
suatu peoman aksi, adanya koherensi pada pandangan dunianya yang merangkul
analisis-analisis tentang kapitalisme, imperialisme dan munculnya fasisme yang
saling melengkapi dan berusaha untuk menempatkan kemalangan Indonesia dalam
suatu gambaran global. Tentu saja harus diakui bahwa sejauh menyangkut
analisis-analisis mengenai imperialisme dan tatanan sosial, PNI Baru tidak
memiliki ideologis